A.
Disentralisasi dan pusat pertanggung
jawaban
Pendekatan pengambilan keputusan pada perusahaan
adalah sentralisasi dan
desentralisasi. Perbedaanya terletak pada pelakupengambilan keputusan.
Pada sentralisasi pengambilang
keputusan dilakukan oleh menajemen pusat sedangkan manajer pada jenjang yang
lebih renda hanya diberikan tanggung jawab terhadap keputusan tersebut. Namun,
pada desentralisasi,
pengambilan keputusan dilakuan oleh manajer yang lebih rendah, yangmemiliki
hubungan langsung dengan lapangan, dengan koordinasi manajemen tingkat pusat.
Secara
umum, sebuah perusahaan diatur menurut garis-garis pertanggung jawaban. Bagan
organisasi tradisional dengan bentuk piramidanya mengilustrasikan garis
pertanggung jawban yang mengalir dari CEO turun melewati wakil direktur menuju
manajer madya dan manajer yang lebih rendah.
Sistem
akuntansi pertanggung jawaban (responsibility accounting system) adalah system
yang mengukur berbagai hasil yang dicapai pusat pertanggung jawaban menurut
informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoprasikan pusat pertanggung
jawaban mereka. Idealnya, system akuntansi pertanggung jawabanmencerminkan dan
mendukung struktur dari sebuah organisasi.
Perusahaan
yang memiliki beberapa pusat biasanya memilih salah satu atau dua pendekatan
pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan mereka yang rumit dan beragam.
Tersentralisasi atau terdesentralisasi. Pada pada pengambilan keputusan
tersentralisasi, keputusan dibuat pada tingkat manajemen puncak dan manajemen
yang lebih rendah bertanggung jawab atas pengimplementasian keputusan-keputusan
tersebut. Pengambilan keputusan terdesentralisassi memperkenankan manajer yang jrnjang
lebih rendah untuk membuar dan mengimplementasikan keputusan-keputusan penting
yang berkaitan wilayah pertanggung jawaban mereka.
Alasan-alasan
untuk melakukan Desentralisasi
· Mengumpulakan dan menggunakan
informasi local
· Memfokuskan manajemen pusat
· Melatih dan memotivasi para manajer
· Meningkatkan daya saing
Divisi-divisi
perusahaan yang terdisentralisasi
Disentralisasi
biasanya diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang disebut divisi. Satu
cara pembagian divisi adalah berdasarkan jenis barang atau jasa yang
diproduksi. Divisi-divisi juga dapat diciptakan menurut garis geografis.
Kehadiran divisi di suatu bentang atau beberapa wilayah menciptakan akan
kebutuhan evaluasi kinerja yang mampu mempertimabangkan perbedaan lingkungan
devisi. Cara lainnya untuk membedakan devisi adalah berdasarkan jenis
pertanggung jawaban yang dikenal sebagai pusat pertanggung jawaban dan
menugaskan manajer dibawahnya untuk menangani wilayah tersebut. Pusat
pertanggung jawaban merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung
jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu.hasil-hasil dari setiap
pertanggung jawaban bias diukur berdasarkan informasi yang dibutuhkan manajer
untuk mengoprasikan pusat pertanggung jawab mereka. Berikut jenis-jenis pusat
pertanggung jawaban:
ü Pusat biaya (cost center)
ü Pusat pendapatan (revenue center)
ü Pusat laba (profit center)
ü Pusat investasi (investment center)
B.
Pengukuran Kinerja Pusat Investasi
dengan Menggunakan Laporan Laba Rugi
Variabel dan Absorpsi
Dua metode
perhitungan laba yang telah dikembangkan,yaitu berdasarkan perhitungan biaya
variable dan yang lainnya berdasarkan perhitungan biaya penuh atau absorpsi.keduanya
merupakan metode perhitungan biaya karena bnerkaitan dengan cara menentukan
biaya produk.
Perhitungan
biaya variable juga disebut dengan perhitungan biaya langsung. Hanya
membebankan biaya manufaktur variable ke produk; biaya-biaya yang meliputi
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variable.
Perhitungan
biaya absorpsi membebankan semua biaya manufaktur kepada produk. Bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, overhead variable, dan overhead adalah
biaya-biaya yang tetap sebagai biaya produk, bukan biaya periode. Dan overhead
tetap biaya yang dapat diinvetarisasikan.
Perhitungan laba pada suatu perusahaan memiliki dua pendekatan
yaitu biaya absorbs dan biaya
variable. Letak perbedaannya pada pembebanan overhead tetap nya.
|
Perhitungan Biaya Absorbsi
|
Perhitungan Biaya Variabel
|
Biaya Produk
|
Bahan Baku Langsung
Tenaga kerja langsung
Overhead variable
Overhead tetap
|
Bahan baku langsung
Tenaga kerja langsung
Overhead variable
|
Biaya Periode
|
Beban penjualan
Beban administrasi
|
Overhead tetap
Beban penjualan
Beban administrasi
|
Pada biaya absorbs, overhead tetap dimasukkan ke dalam
biaya produk sedangkan pada biaya variable dimasukkan pada biaya periode.
Laporan laba rugi biaya absorpsi
|
Laporan laba rugi biaya variable
|
Penjualan
(-) Harga pokok penjualan
Margin kotor
(-) Beban penjualan dan administrasi
Laba operasi
|
Penjualan
(-) Beban variable
(-) Harga pokok penjualan variable – (mengurangi penjualan)
Margin kontribusi
(-) Beban tetap (overhead tetap & penjualan dan adm tetap)
Laba bersih
|
Terdapat hubungan
antara produksi, penjualan dan laba. Perbedaan antara laba bersih biaya
absorbi dan biaya variable bergantung pada besarnya penjualan serta persediaan
produksi nya.
Jika
|
Maka
|
Produksi >
Penjualan
Produksi <
Penjualan
Produksi = Penjualan
|
Laba Bersih abrorpsi > Laba bersih Variabel
Laba bersih absorbs < Laba bersih variable
Laba bersoh absorbs = Laba bersih variable
|
Penilaian Persediaan
Persediaan
dinilai atas biaya produk atau produksi.perhatikan data berikut ini dari
Fairchild Companya untuk tahun lalu:
Unit di
persediaan awal
---
Unit
diproduksi 10.000
Unit
terjual($3.000 per Unit) 8.000
Biaya
variable per unit
Bahan baku langsung $ 50
Tenaga kerja langsung 100
Overhead variable 50
Biaya
tetap
Overhead tetap per unit yg
diproduksi 25
Penjualan dan administrasi
tetap 100.000
Data
tersebut ada 2000 unit dari persediaan akhir. Contoh diatas menunjukkan cara
menghitung biaya persediaan akhir dengan menggunakan perhitungan biaya absorpsi
dan variable.perhatikan bahwa pada perhitungan biaya absorpsi, persediaan akhir
mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variable,
dan overhead tetap per unit. Pada mertode perhitungan biaya variable,
persediaan akhir hanya mencakup biaya bahan baku langsung, dan overhead
variable. Tidak dimasukannya overhead tetap dalam hasil niaya persediaan
perhitungan biaya variable membuat penilaian persediaan yang lebih rendah
daripada model absorpsi.
Laporan
laba Rugi menggunakan Biaya variable dan biaya absorpsi
Karena
biaya pokok perunit merupakan dasar bagi perhitungan harga pokok penjualan,
metode perhitungan biaya pokok variable dan absorpsi dapat mengakibatkan laba
bersih yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah overhead tetap
diakui sebagai beban pada kedua metode tersebut.
Hubungan antara Produksi, Penjualan,
dan Laba
Hubungan
antar laba menurut perhitungan biaya variable dan laba menurut perhitungan
biaya absorpsi berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan
berubah.jika barang yang terjual lebih banyak dari yang diroduksi, maka laba
menurut perhitungan biaya variable akan lebih tinggi dari laba menurut
perhitungan biaya absorpsi.
Jika
jumalah produksi, dan penjualan sama, maaka tidak aka nada perbedaan laba yang
akan dilaporkan. Karena unit-unit yang diproduksi terjual seluruhnya,
perhitungan biaya absorpsi seperti juga perhitungan biaya variabel akan
mengakui total overhead tetap periose tersebut se x bagai beban. Tidak ada
overhead yang tetap masuk atau keluar dari persediaan.
Perubahan
dalam overhead tetap dalam persediaan adalah tepat sama dengan selisih diantara
kedua laba. Perubahan ini dapat dihitung melalui tariff overhead tetap dengan
perubahan total unit persediaan awal dan akhir. Selisih antara laba oprasi
menurut perhitungan biaya absorpsi dan laba bersih menurut perhitungan biaya
absorpsi dan laba bersih menurut perhitungan biaya variable dapat dinyatakan
sebagai berikut
Laba
menurut perhitungan by absorpsi – laba menurut perhitungan by variable = tariff
overhead tetap X (unit produksi - unit terjual)
Perlakuan Overhead Tetap pada
Perhitungan Biaya Absorpsi
Perbedaan
antara perhitungan biaya absorpsi dan variable terletak pada pengakuan beban
yang berhubungan dengan overhead tetap. Menurut perhitungan absorpsi, overhead
tetap harus dibebankan pada unit yang diproduksi. Hal ini menimbulkan masalah
yang belum kita bahas secara eksplisit. Pertama, bagaimana cara mengonversikan
overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jam kerja tenaga langsung atau jam
mesin terhadap overhead pabrik yang ditetapkan untuk unit-unit yang
diproduksi.? Kedua, apa yang dilakukan jika overhead pabrik yang actual tidak
sama dengan overhead pabrik yang dibebankan?
Solusi
masalah pertama adalah, diasumsikan dibutuhkan 0,25 jam tenaga kerja langsung
untuk memproduksi suatu unit. Jika tariff overhead pabrik adalah $12 per jam
tenaga kerja langsung, maka overhead tetap per unit adalah $3(0,25jam X $12)
Solusi
untuk permasalahan ke dua. Pertama, kita harus menghitung overhead tetap yang
ditetapkan dan membebankan pada unit yang diproduksi. Selanjutnya , total
overhead yang ditetapkan dibandingkan dengan overhead tetap akrual.
Mengevaluasi Manajer Pusat Laba
Evaluasi
terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profabilitas unit-unit berada
dalam kendali mereka. Manajer berhak
mengharapkan berlakunya hal-hal sebagai berikut:
1.
Ketika
pendapatan penjualan meningkat dari suatu period eke periode berikutnya,
sementara factor-faktor lainnya tetap, maka laba akan meningkat.
2.
Ketika
pendapatan laba menurun dari satu period eke periode berikutnya, sementara
factor-faktor laninya tetap maka laba akan menurun.
3.
Ketika
pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode selanjutnya,
sementara factor-faktor lainnya tetap. Maka laba akan tetap tidak berubah.
Laba Rugi Segmen dengan menggunakan
Perhitungan Biaya Variabel
Perhitungan
biaya variable berguna untuk menyiapkan lapora laba rugi segmen karena
perhitungan ini menyediakan informasi penting mengenai beban variable dan
tetap. Sebuah segmen adalah subunit dari suatu perusahaan yang cukup penting
dalam pembuatan laporan kinerja. Akan tetapi dalam laporan laba rugi segmen,
beban tetap dibagi menjadi 2 kategori, Beban tetap langsung dan Beban tetap
umum.
Beban
tetap langsung merupakan beban yang secara yangsung dapat ditelusuri ke suatu
segmen. Beban ini terkadang disebut juga sebagai beban tetap yang dapat
dihindari ata beban tetap yang dapat ditelusuri karena beban ini akan hilang
jika segmen ditutup atau dihapus.
Beban
tetap umu disebabkan oleh dua segmen atau lebih secara bersamaan. Beban ini
akan tetap muncu, bahkan jika salah satu segmen dihapus.
Laporan
laba rugi segmen dengan menggunakan perhitungan biaya variable memiliki satu
keistimewaan disamping laba rugi variable yang telah disajikan sebelumya.
Pembagian seluruh beban dibagi kedalam dua katagori; beban tetap langsung dan
baban tetap umum, memberika informasi tambahan bagi manajer. Pembagian tambahan
ini dapat digaris bawahi biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak
dapat dikendaliikan dan meningkatkan manajer kemampuan dalam mengevaluasi
setiap kontribusi segmen thd kinerja perusahaan secara kaseluruhan
Karena
beban tetap langsung ditelusuri ke suatu segmen, beban ini disebabkan
keberadaan dari segmen itu sendiri.hal ini akan memberikan gambaran pada
manajer mengenai profabilitas segmen.Beban tetap umum disebabkan oleh dua atau
lebih segmen. Jika salah satu shegmen dihapus maka beban tetap umum ini akan
tetap ada dan dalam tingkatan yang sama dengan sebelumya.Biaya tetap merupakan
biaya tetap langsung dalam suatu segmen mungkin dapat menjadi biaya tetap tak
langsung atau umum di segmen yang lain.
1.
Pungukuran Kinerja Pusat Investasi
dengan Menggunakan ROI
Pusat-pusat
investasi umumnya berdasarkan pengembalian atas investasi. Ukuran-ukuran
lainnya sebagai berikut:
a) Pengembalian atas investasi
Divisi-divisi
yang merupakan pusat investasi akan memiliki laporan laba rugi dan neraca
sendiri. Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah
dengan menghitng pengembalian atas investasi (return on investment –ROI), yaitu
laba yang diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja
yang paling lazim bagi suatu pusat investasi.
Persamaan
ROI sebagai berikut:
ROI = Laba operasi/Aktiva operasi
rata-rata
Laba
operasi (operating income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva
operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung,
dan peralatan.
Aktiva perasi rata-rata = (Nilai buku
bersih awal + Nilai buku bersih akhir)
2
Hal yang penting adalah memastikan
satu metode diterapkan secara konsisten sepanjang waktu. Hal ini memungkinkan
perusahaan, untuk membandingkan ROI antar berbagai divisi sepanjang waktu.
Rumus ROI cepat dan mudah digunakan, namun memerinci ROI dalam margin dan
rasio-rasio perputaran memberikan informasi tambahan.
b) Margin
Perputaran
Cara lain
untuk menghitung ROI adalah memisahkan rumusnya (Laba operasi/Aktiva operasi
rata-rata) dalam margin dan perputaran.
ROI = Margin x Perputaran
= Laba Operasi x Penjualan
Penjualan Aktiva oprasi rata-rata
“Penjualan”
dalam rumus di atas bisa dihapuskan untuk menghasilkan rumus ROI yang awal,
yaitu Laba operasi/Aktiva operasi rata-rata.
Margin
adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukkan jumlah
laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal ini menyatakan
bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, dan laba. Perputaran
(turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendapatan
penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Perputaran menunjukkan jumlah
penjualan yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva
operasi. Hal ini menunjukkan produktivitas aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan penjualan.
✓
Keunggulan
ROI
Keuntungan dari penggunaan ROI sebagai
berikut:
1) ROI mendorong manajer untuk fokus pada
hubungan antara penjualan, beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan
dari seorang manajer pusat investasi
2) ROI mendorong manajer untuk fokus pada
efisiensi biaya
3) ROI mendorong manajer untuk fokus pada
efisiensi aktiva operasi.
✓
Kelemahan
Pengukuran ROI
Penekanan
yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang sempit. Dua aspek
negatif ROI sebagai berikut:
1.
ROI
mengakibatkan fokus yang semit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan
profitabilitas keseluran perusahaan.
2.
ROI
mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan
mengorbankan kepentingan jangka panjang.
2.
Mengukur Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laba Residu dan
Nilai Tambah Ekonomi.
Untuk
mengatasi kecenderungan ROI untuk investasi yang menguntungkan bagi perusahaan,
tetapi menurunkan ROI divisi, beberapa peusahaan telah menerapkan alternatif
ukuran kinerja, seperti laba residu. Nilai tambah ekonomi (economic value
added-EVA) adalah cara alternative untuk menghitung laba residu yang saat ini
digunakan di sejumlah perusahaan.
Laba Residu
Laba
residu (residual income) adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian
dolar minimum yang diisyaratkan atas aktiva operasi perusahaan.
Rumus :
Laba operasi – (Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata-rata)
Tingkat
pengembalian minimum ditentukan perusahaan dan sama dengan hurdle rate yang
disebutkan pada bagian ROI. Jika laba residu lebih besar dari nol, divisi
memperoleh lebih banyak tingkat pengembalian minimum yang diminta (hurdle
rate). Jika laba residu kurang dari nol, divisi memperoleh lebih sedikit
tingkat pengembalian minimum yang diminta. Akhirnya, laba residu yang sama
degan nol menunjukkan divisi memperoleh tetap sama dengan tingkat pengembalian
minimum yang diminta.
o
Keunggulan Laba Residu
Memilih
kedua proyek menghasilkan peningkatan laba residu yang terbesar. Penggunaan
laba residu mendorong para manajer untuk menerima proyek apa pun yang
menghasilkan tingkat di atas minimum.
o
Kelemahan Laba Residu
Laba
residu, seperti ROI, bisa mendorong orientasi jangka pendek. Masalah lainnya
dengan laba residu tidak seperti ROI, laba residu adalah ukura absolut dari
profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat
investasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda.
Salah satu
cara yang memungkinkan untuk mengoreksi kelemahan ini adalah menghitung
pengembalian atas investasi dan laba residu, serta menggunakan kedua ukuran
tersebut untuk evaluasi kinerja. Kemudian, ROI bisa digunakan untuk
perbandingan antardivisi.
Nilai
Tambah Ekonomi
Cara
khusus menghitung laba residu adalah nilai tambah ekonomi. Milai tambah ekonomi
(economic value added-EVA) adalah laba bersih (laba operasi dikurangi pajak)
dikurangi total biaya modal tahunan. Pada dasarnya, EVA adalah laba residu
dengan biaya modal sama dengan biaya modal aktual dari perusahaan (sebagai
gantidari suatu tingkat pengembalia minimum yang diinginkan perusahaan karena
alas an lainnya). Jika EVA positif, maka perusahaan sedang menciptakan
kekayaan. Jika EVA negatif, maka perusahaan seang menyiapkan modal. EVA
membantu perusahaan untuk menentukan apakah uang yang didapatkan lebih besar
daripada uang yang digunakan untuk mendapatakan uang tersebut. Dalam jangka
panjang, hanya perusahaan-perusahaan yang meghasilkan modal atau kekayaan yang
dapat bertahan.
Sebagai
suatu bentuk dari laba residu, EVA adalah suatu bentuk satuan dolar, bukan
suatu tingkat persentase pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan
tingkat pengembalian seperti ROI, karena menghubungkan penghasilan bersih
(pengembalian) dengan modal yang dipakai. EVA adalah penekanan pada laba bersih
operasi dan biaya actual dari modal. Di pihak lain, secar khusus, pendapatan
residual menggunakan tingkat minimum pengembalian yang diharapkan. Para
investor menyukai EVA karena menguhubungkan laba dengan jumlah sumber-sumber
daya yang diperlukan untuk mencapainya.
Menghitung
EVA
EVA adalah
laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal yang
dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah
persentase aktual dari biaya modal dikali dengan total modal yang dipakai.
Persamaan
EVA sebagai berikut:
Laba
operasi setelah pajak – (Persentase biaya modal aktual x Total modal yang
dipakai )
Aspek perilaku EVA
EVA
mengandalkan biaya modal yang sebenarnya, hal inilah yag menjadi penyebab bahwa
EVA tidaklah mencukupi untuk membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dari
berbagai divisi dengan menunjukkan penekanan semata-mata pada pendapatan
operasi. Di banyak perusahaan, tanggung jawab keputusan investasi terletak pada
manajemen perusahaan. Akibatnya, biaya modal diperhitungkan sebgai pengeluaran
perusahaan. Jika suatu divisi menumpuk persediaan dan melakukan investasi,
biaya pendanaan investasi akan dilaporkan dalam neraca laba rugi perusahaan
secara keseluruhan dan tidak diperlihatkan sebagai pengurangan pendapatan
operasi divisi. Akibatnya, investasi trlihat seolah-olah bebas biaya bagi
divisi.
3. Penetapan Harga Transfer
Keluaran
dari salah satu divisi digunakan sebagai masukan pada divisi lainnya digunakan
di banyak perusahaan. Ketika divisi-divisi diperlakukan sebagai pusat
pertangggungjawaban, divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba ooperasi,
pengembalian ats investasi, dan laba residua tau EVA. Jadi, nilai barang yang
ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi
yang membeli. Nilai ini atau harga internal disebut harga transfer (transfer
price). Dengan kata lain, harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk
suatu komponen oleh divisi penjual ada divisi di perusahaan yang sama.
Dampak Penetapan Harga Transfer
terhadap Divisi dan Perusahaan secara Keseluruhan.
Ketika
satu divisi dari suatu perusahaan menjual pada divisi lain, kedua divisi
tersebut dan perusahaan secara keeluruhan terkena pengaruhnya. Harga yang
dikenakan untuk barang yang ditransfer memengaruhi biaya divisi pembei dan
pendapatan divisi penjual. Arttinya, laba kedua divisi tersebut, dipengaruhi
oleh harga transfer.
Meskipun
harga transfer aktual tidak memengaruhi tingkat laba yang dihasilkan perusahaan
multinasional melalui pajak badan dan persyaratan hukum lainnya yag ditetapkan
negara tempat berbagai divisi beroperasi.
Kebijakan Penetapan Harga Transfer
Perusahaan
yang terdesentralisasi memungkinkan banyak wewenang pengambilan keputusan di
tingkat manajemen yang lebih rendah. Hal ini yang menyebabkan perusahaan yang
terdesentralisasi kurang produktif untuk kemudian memutuskan harga transfer
aktual antara dua divisi. Akibatnya, manajemen puncak menetapkan kebijakan
penetapan harga transfer, tetapi divisi boleh memutuskan untuk menyetujui
transfer tersebut atau tidak.
Dalam
penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer, kedua pandangan dari
divisi penjual dan dan divisi pembeli harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya
peluang (opportunity cost approach) mencapai tujuan tersebut dengan
mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi pembeli. Hara-harga
minimum dan maksimum tersebut sesuai dengan biaya peluang transfer internal.
Harga-harga yang ditetapkan di setiap divisi sebagai berikut:
1)
Harga
transfer minimum adalah harga transfer yang akan memnuat keadaan divisi penjual
tidak menjadi lebih buruk jika barangdijual pada divisi internal daripada
dijual pada pihk luar, disebut baras bawah (floor) dari rentang penawaran.
2)
Harga
transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi
pembeli tidk menjadi lebih buruk-jiak suatu input dibeli dari divisi internal
daripada jika barang yang sama dibeli secara eksternal, disebut batas atas
(ceiling) dari rentang penawaran.
Transfer
internal sebaiknya dilakukan saat biaya peluang (harga minimum) divisi penjual lebih rendah dari biaya peluang
(harga maksimum) divisi pembeli. Kebijakan harga transfer ini mencakup harga
pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan harga transfer yang dinegosiasika
Harga Pasar
Jika
terdapat pasar luar dengan persingan sempurna untuk produk yag ditransfer, maka
harga transfer yang paling sesuai adalah harga pasar. Pada situasi demikian,
berbagai tindakan manajer divisi akan mengoptimalkan laba divisi dan laba
perusahaan secara simultan
Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Harga
pasar kerap kali tidak tersedia, dalam keadaan ini, perusahaan dapat
menggunakan pendekatan penetapan harga transfer berdasarkan biaya.
Harga Transfer yang Dinegosiasikan
Akhirnya,
manajemen tingkat atas bisa mengizinkan manajer divisi pembeli dan penjual
untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini berguna saat
kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan
untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang
dihemat bisa dibagi di antara dua divisi
Post a Comment
Post a Comment