BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas dasar
manusia, karena manusia tidak bisa lepas dari komunikasi, karena dengan
berkomunikasi manusia dapat saling berinteraksi atau berhubungan satu sama
lainnya baik dalam kehidupan sehari-hari, dirumah, pasar atau dimana tempat
mereka berinteraksi. Disadari sepenuhnya bahwa komunikasi yang dilakukan
manusia selalu mengandung potensi perbedaan budaya, sekecil apa pun perbedaan
itu sangat membutuhkan upaya untuk keberhasilan proses komunikasi secara
efektif yakni dengan menggunakan informasi budaya mengenai pelaku-pelaku
komunikasi yang bersangkutan. Tak dapat di elak lagi komunikasi lintas budaya
menjadi kebutuhan bagi semua kalangan untuk menjalin hubungan yang baik dan
memuaskan bagi setiap orang, terutama mereka yang berbeda budaya.
Melalui pemahaman lintas budaya, akan
ditarik serat-serat perbedaan atau persamaan lintas budaya secara individu atau
masyarakat, selanjutnya dapat pula di identifikasi unsur-unsur yang dapat
melanggengkan komunikasi. Tentu saja untuk memahami budaya orang lain, setiap
perilaku komunikasi harus terlebih dahulu memahami budayanya sendiri. Dengan
kesadaran lintas budaya, selanjutnya akan muncul sikap saling menghargai bagi
setiap kebutuhan, aspirasi, perasaaan dan masalah manusia. Komunikai lintas
budaya (cross-cultural communication) atau sering juga disebut dengan istilah
komunikasi antar budaya bersifat informal, personal dan tidak selalu terikat
antar bangsa atau antar negara.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas di
dalam makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian bisnis lintas budaya?
2.
Sebutkan
dan jelaskan tentang komponen budaya!
3.
Jelaskan
tentang tingkatan budaya!
4.
Apa perbedaan
budaya di setiap negara?
5.
Bagaimana cara
berkomunikasi dengan orang berbudaya asing?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini adalah :
1. Memahami pengertian bisnis lintas
budaya.
2.
Menjelaskan tentang komponen budaya.
3.
Menjelaskan tentang tingkatan budaya.
4. Menjelaskan perbedaan budaya di setiap negara.
5. Menjelaskan cara berkomunikasi dengan orang berbudaya asing.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN BUDAYA
Sebuah definisi yang bermanfaat seperti yang dikemukakan oleh Geert
Hofstede (2005) bahwa budaya itu terdiri dari program mntal bersama yang
menentukan respon-respon individu terhadap lingkungannya.
Budaya selalu merupakan fenomena kolektif, karena paling tidak sebagian
adanya kebersamaan dengan orang-orang yang hidup dalam lingkungan sosial yang
sama. Budaya terdiri dari peraturan-peraturan yang tidak tertulis mengenai
sosial kemasyarakatan dalam kehidupan. Budaya merupakan perencanaan kolektif
mengenai satu kelompok atau golongan manusia dari yang lainnya. Budaya
dipelajari, bukan pembawaan lahir. Budaya berasal dari lingkungan sosial
seseorang, lebih dari pembawaan sifat. Budaya harus dibedakan dari sifat
alamiah atau tabiat dari satu sisi, dan kepribadian individual disisi lain. Dimana
sesungguhnya letak batas-batas antara sifat alamiah dan budaya dan antara
budaya dan kepribadian, merupakan masalah diskusi diantara para ilmuan sosial.
2.1.1 Budaya
Individualisme dan Kolektivisme
·
Budaya Individualistik
a)
Setiap orang
tumbuh dan besar di lingkungan keluarga kecil atau nuclear family yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak. Anak-anak
belajar berfikir dengan menggunakan kata saya.
b)
Berbicara
terus terang, apa adanya merupakan karakteristik orang yang jujur. Konfrontasi
dibenarkan bila ada perselisihan atau beda pendapat karena dengan cara ini
dapat memecahkan masalah. Persahabatan bersifat sukarela dan harus
dikembangkan.
c)
Kepemilikan
sumber-sumber bersifat induvidual, bahkan bagi anak-anak. Seorang anak berumur
18 tahun sudah dianggap dewasa dan secara ekonomis berdiri sendiri, tidak lagi
bergantunng pada orang tua.
d)
Berlaku
komunikasi konteks rendah, berbicara kepada orang lain apa adanya meskipun bisa
menyinggung perasaaan yang mendengarkannya tanpa terdeng aling-aling. Semua
perasaan, pendapat, dan pemikiran diungkapkan melalui pesan secara eksplisit.
·
Budaya Kolektivitas
a)
Seorang anak
lahir dan besar di lingkungan keluarga besar dan berlanjut dilindungi dan
dituntut kepatuhan dan kesetiaan kepada keluarga besar. Anak-anak belajar
berfikir dengan menggunakan kata kita atau kami.
b)
Keharmonisan
harus selalu dipelihara dan konfrontasi langsung dihindarkan. Kata tidak
jarang digunakan karena dinilai kasar dan tidak sopan. Menolak sesuatu biasanya
tidak secara langsung.
c)
Kepemillikan
sumber bersifat kolektif dan harus berbagi dengan saudara. Kalau seorang kakak
sudah bekerja, adiknya masih sekolah dan orang tuanya tidak mampu membiayai,
maka kakaknya wajib membiayai sekolah adiknya.
d)
Berlaku
komunikasi konteks tinggi. Menurut Edward T. Hall (1976) cara orang
berkomunikasi terdiri dari komunikasi konteks tinggi dan konteks rendah.
e)
Pelanggaran
mengarah kepada rasa malu atau shame dan kehilangan muka balik untuk dirinya
maupun untuk kelompoknya.
2.1.2. Globalisasi Manusia
Globalisasi tidak saja mempengaruhi bisnis dan manajer mereka, tetapi
juga karyawan disemua tingkatan, termasuk juga para pelanggan dan setiap orang
sebagai penduduk. Globalisasi secara tidak terelakkan menyebabkan interaksi dan
hubungan antara manusia yang berbeda budaya. Globalisasi manusia menciptakan
tantangan baru dan besar bagi setiap orang terutama bagi mereka yang bekerja di bidang bisnis. Tidak seperti
hukum, politik, atau aspek-aspek ekonomi di lingkungan global yang dapat
diamati, budaya sebagian besar tidak terlihat atau nyata. Oleh sebab itu,
merupakan aspek dalam konteks global yang sering kali terabaikan atau kurang
diperhatikan.
2.2. KOMPONEN BUDAYA
Budaya mencakup berbagai aspek kehidupan manusia,
terutama yang berkaitan dengan dimensi hubungan atarmanusia, meskipun bentuk
dari setiap komponen budaya dapat berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Menurut Lehman, Himstreet, Baty setiap elemen terbangun oleh beberapa
komponen utamanya, yaitu:
·
Nilai-nilai
(baik atau buruk, diterima atau tidak diterima)
·
Norma-norma
(tertulis atau tidak tertulis)
·
Simbol-simbol
(warna logo suatu perusahaan)
·
Bahasa
·
Pengetahuan
Menurut
Mitchell, komponen budaya mencakup antara lain:
2.2.1
Budaya Material
Budaya
material (material culture) dibedakan ke dalam dua bagian yaitu teknologi dan
ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan untuk mengubah atau
membentuk material menjadi suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada
umumnya. Penduduk di Negara-negara yang sudah maju dan mempunyai tingkat
teknologi tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, akan lebih mudah
mengadopsi teknologi baru daripada penduduk di negara dengan tingkat teknologi
yang rendah.
Ekonomi
dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu cara orang menggunakan segala
kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain. Termasuk di dalamnya segala bentuk kegiatan yang menghasilkan
barang dan jasa, distribusi, konsumsi, cara pertukaran, dan penghasilan yang
diperoleh dari kegiatan kreasi.
Organisasi
sosial dan pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan dengan cara bagaimana
seseorang berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikan kegiatan mereka
untuk dapat hidup harmonis dengan yang lain, dan mengejar perilaku yang dapat diterima
oleh generasi berikutnya.
2.2.2 Sistem
Kepercayaan atau Keyakinan
Sistem
kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat akan berpengaruh
terhadap sistem nilai di masyarakat tersebut. Keyakinan yang dianut oleh
masyarakat juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan mereka, bagaimana mereka
memandang hidup dan kehidupan ini, jenis produk yang mereka konsumsi, dan cara
bagaimana mereka membeli suatu produk. Bahkan jenis pakaian yang dikenakan,
jenis makanan yang dikonsumsi, dan bacaan yang dibaca setiap harinya,
sebenarnya juga tidak lepas dari pengaruh yang kuat atas keyakinan atau
kepercayaan yang dianut seseorang.
2.2.3 Estetika
Estetika
berkaitan dengan seni, dongeng, hikayat, musil, drama dan tari-tarian.
Nilai-nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam berbagai peran tentunya
perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai sasaran
secara efektif.
2.2.4 Bahasa
Bahasa
(language) adalah suatu cara yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan
sesuatu melalui symbol-simbol tertentu kepada orang lain. Bahasa juga merupakan
suatu komponen budaya yang paling sulit dipahami. Meskipun demikian, bahasa
sangat penting untuk dipelajaridan dipahami dengan benar, sehingga melalui
bahasa orang dapat memperoleh empati dan simpati dari orang lain. Untuk dapat
memahami bahasa asing secara baik dan benar diperlukan ketekunan, kesabaran dan
latihan yang cukup.
2.3. TINGKATAN BUDAYA
Menurut Murphy
dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan budaya yaitu:
2.3.1 Formal
Budaya
dalam tingkatan formal merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan
oleh suatu masyarakat yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan hal itu bersifat formal/resmi. Dalam dunia pendidikan, tata
bahasa Indonesia adalah termasuk salah satu budaya tingkat formal yang
mempunyai aturan yang bersifat formal dan terstruktur dari dulu hingga
sekarang.
2.3.2 Informal
Pada
tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh masyarakat dari generasi ke
generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (digunakan) dan
dilakukan tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan. Sebagai contoh,
mengapa orang bersedia dipanggil dengan nama julukan bukan nama aslinya. Hal
ini dilakukan karena ia tahu bahwa teman-temannya biasa memanggil namanya
dengan nama julukan tersebut.
2.3.3 Teknis
Pada
tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting.
Terdapat suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang
lain tidak boleh dilakukan. Pada tingkat formal, pembelajaran budaya mencakup
pembelajaran pola perilakunya, sedangkan pada tingkatan teknis aturan
disampaikan secara logis dan tepat. Pembelajaran secara teknis memiliki
ketergantungan sangat tinggi pada orang
yang mampu memberikan alasan-alasan yang logis bagi suatu tindakan tertentu.
2.4 MENGENAL PERBEDAAN BUDAYA
Cara kita berpikir
dapat terkondisikan secara kultural. Budaya-budaya Timur melukiskan sesuatu
dengan menggunakan visualisasi – visualisasi, sedangkan budaya Barat cenderung
menggunakan konsep-konsep. Karena suatu konsep adalah suatu gagasan umum
tentang ciri-ciri yang diketahui mengenai suatu subjek, ia memberikan kerangka
untuk memikirkan atau menganalisis suatu topik mengenai pengalaman tertentu.
Sebagai contoh suatu
konteks konseptual yang sederhana, ketika eksekutif restoran hamburger McDonald mendirikan usaha di Jepang, perusahan maupun
pengelola perusahaan harus berusaha menyesuaikan diri dengan budaya orang
jepang untuk mengesankan orang Jepang itu sendiri dengan memahami perilaku
serta adat istiadat disana ketimbang meniru operasi yang dijalankan orang
Amerika.
Konsep budaya
menjadikan laporan-laporan pers lebih bermakna, karena budaya merupakan suatu alat yang berguna untuk
memahami perilaku manusia diseluruh bumi, juga di negeri kita sendiri.
Pandangan-pandangan
mengenai konsep ini terutama berasal dari ilmu-ilmu perilaku manusia (behavi
oral sciene ) Sosiologi, Psikologi, dan Antropologi. Ilmu-ilmu sosial tersebut
mempelajari dan menjelaskan kepada kita tentang bagaimana orang-orang
berperilaku demikian, apa hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan.
Pada dasarnya manusia
menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi
terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan-kebiasaan,
praktik-praktik, dan tradisi-tradisi untuk terus hidup dan berkembang
diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat
tertentu. Pada gilirannya kelompok atau ras tersebut tidak menyadari dari mana
asal warisan kebijaksanaan tersebut. Generasi-generasi berikutnya terkondisikan
untuk menerima kebenaran-kebenaran tersebut tentang kehidupan di sekitar
mereka, pantangan-pantangan dan nilai-nilai tertentu ditetapkan dan melalui
banyak cara orang-orang menerima penjelasan tentang perilaku ” yang dapat
diterima ” untuk hidup dalam masyarakat tersebut. Budaya mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh setiap faset aktivitas manusia.
Individu-individu
sangat cenderung menerima dan mempercayai apa yang dikatakan budaya mereka.
Kita dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat dimana kita dibesarkan
dan tinggal, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman
budaya ini pada diri kita.
2.4.1 Karakteristik –
Karakteristik Budaya
Budaya memberi
identitas kepada sekelompok orang, bagaimana kita mengidentifikasi aspek-aspek
budaya yang menjadikan sekelompok orang sangat berbeda. Caranya dengan menelaah
kelompok dan aspek-aspeknya, sebagai berikut :
§ Komunikasi dan Bahasa : Sistem komunikasi
verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat
banyak bahasa asing di dunia. Sebuah bangsa memiliki lima belas atau lebih
bahasa utama (dalam suatu kelompok bahasa dapat dialek, aksen, logat, jargon,
dan ragam lainnya).
§ Pakaian dan Penampilan : Meliputi pakaian dan
dandanan (perhiasan) luar, juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara
kultural. Contohnya: kimono Jepang, penutup kepala Afrika dan ikat kepala suku
Indian.
§ Makanan dan Kebiasaan Makan : Cara memilih,
menyiapkan, menyajikan, dan memakan sering berbeda antara budaya yang satu
dengan budaya yang lainnya. Cara makan juga berbeda-beda. Ada orang yang makan
dengan tangan saja, ada pula yang mengunakan sumpit, atau seperangkat alat
makan yang lengkap.
§ Waktu dan Kesadaran Waktu : Kesadaran akan
waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Sebagian
orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu. Musim-musimpun
beragam. Ada yang menyebutnya musim dingin, panas, semi, gugur. Adun di wilayah
lain; musim kemarau, hujan. Dan khususnya orang Kalifornia yang memperhatikan
bulan-bulan hujan dan longsoran tanah atau bulan-bulan kering dan api yang membakan
hutan.
§ Penghargaan dan Pengakuan : Suatu cara lain
untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode
memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian
atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas. Contohnya: pengakuan pajurit perang
dengan mereka mentato tubuh mereka.
§ Hubungan-Hubungan: Budaya juga mengatur
hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia,
jenis kelamin, status kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan dan kebijaksanaan. Unit
keluarga meruppakan wujud paling umun hubungan manusia, bentuknya bisa kecil
dan bisa juga besar.
§ Nilai dan Norma: Berdasakan sistem nilai,
suatu budaya menetapkan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan.
Seperti etika, adat istiadat yang berwujud upacara pernikahan, kematian;
aturan-aturan, menunjukan sopan satun, dsb.
§ Rasa Diri dan Ruang: Kenyamanan yang orang
miliki dengan dirinya dapat diekspresikan secara berbeda oleh budaya. Identitas
diri dan penghargaan dapat diwujudkan dengan sikap yang sederhana dalam
perilaku yang agresif. Dalam budaya-budaya tertentu rasa kebebasan dan
kreativitas dibalas oleh kerjasama dan konformitas kelompok. Beberapa budaya
sangat tertutup sementara budaya lain terbuka dan berubah. Setiap budaya
mengesahkan diri dengan suatu cara yang unik.
2.5 KOMUNIKASI DENGAN ORANG BERBUDAYA ASING
2.5.1 Belajar Tentang Budaya
·
Ketika merencanakan untuk melakukan
bisnis dengan orang yang memiiki budaya berbeda, seorang akan dapat
berjkomunikasi dengan efektif bila ia telah mempelaajari budayanya.
·
Lagi pula ketika merencanakan tinggal
dinegara lain, ia tentunya juga terlah mempersiapkan bahasa yang harus
dikuasainya.
Disamping itu, ketika
tinggal dinegara lain alangkah baiknya orang tersebut juga sedikit mengenal
budaya maupun adat istiadat yang berlaku dinegara tersebut. Berikut ini adalah
contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan perjalanan disuatu negara.
·
Di Spanyol, orang berjabat tangan paling
lama antara lima sampai dengan tujuh ayunan, melepas jabat tangan segera dapat
diartikan sebagai suatu bentuk penolakan. Di Prancis, orang berjaabat tangan
cuku dengan sekali ayunan/ gerakan.
·
Jangan memberi hadiah minuman beralkohl
di negara-negara arab.
·
Di Pakistan atau negara-negara
bermayoritas negara muslim, jangan heran kalau ditengah-tengah suatu pertemuan
bisnis mereka meminta izin keluar untuk menunaikan ibadah sholat karena setiap
muslim wajib sholat ima waktu.
·
Anda dianggap menghina tuan rumah jika
anda menolak tawaran makanan,minuman atau setiap bentuk kebaikan di
negara-negara arab. Namun, anda juga jangan cepat-cepat menerima segala bentuk
tawaran tersebut. Kalau mau menolak harus secara sopan.
·
Tekanan usia perusahaan anda ketika
berhubungan bisnis dengan perusahaan dijerman,belanda, dan swiss.
2.5.2 Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Lintas
Budaya
Mempelajari apa yang
dapat dilakukan oleh seorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan suatu
cara yang baik untuk menemukan bagaimana mengirim dan menerima pesan-pesan
lintas budaya secara efektif. Namun, perlu dingat dua hal penting, yakni:
·
Jangan terlalu yakin bahwa seseorang
akan dapat memahami budaya orang lain secara utuh atau sempurna.
·
Jangan mudah terbawa kepada pola
generalisasi terhadap perilaku seseorang dengan budaya yang berbeda.
Mempelajari
keterampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan membantu seseorang
beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika seseorang berhubungan dengan
orang lain yang memiliki budaya berbeda.
Dan seluruh negara di
dunia saling membutuhkan satu sama lain sehingga terjalinlah kerja sama antara
beberapa negara didalam nya dengan membentuk banyak organisasi. Keberhasilan
kmunikasi lintas budaya tergantung bagaimana potensi masyarakat untuk bersaing.
Dan hal pertama yang harus dikuasai
adalah bahasa asing dan teknologi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah
proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Hafied Cangara). Kebudayaan
adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B Taylor)
“Komunikasi Lintas Budaya adalah proses
dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang
lainnya dan sebaliknya dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait
ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sma lainnya, baik itu
untuk kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan
atau bisa jadi sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua
kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan yang baru)”
Ada beberapa macam
karaketeristik Komunikasi Lintas Budaya, antara lain :
1.
Ada
dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi.
2.
Ada jalan atau tujuan yang sama yang
akhirnya menciptakan komunikasi itu.
3.
Komunikasi Lintas Budaya menghasilkan
keuntungan dan kerugian diantara dua budaya atau lebih yang terlibat.
4.
Komunikasi lintas budaya dijalin baik
secara individu anggota masyarakat maupun dijallin secara berkelompok atau
dewasa ini dapat dilakukan melalui media.
5.
Tidak semua komunikasi lintas budaya
menghasilkan fedback yang dimaksud, hal ini tergantung kepada penafsiran dan
penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau atau tidaknya dipengaruhi
6.
Bila dua kebudayaan melebur karena
pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan menghasilkan kebudayaan baru, dan
inilah yang disebut akulturasi.
Post a Comment
Post a Comment