-->

BAB VI PELAPORAN SEGMEN, EVALUASI PUSAT INVESTASI, DAN PENETAPAN HARGA TRANSFER (II)



A. SEGMENTED REPORTING

(Sistem Laporan Yang Tersegmen) Segmen adalah setiap bagian dari suatu perusahaan di mana mengakibatkan manajer mencari data -data biaya – biaya di bagian yang bersangkutan. Perusahaan pada umummnya memiliki banyak segment atau divisi produk mereka. Dan segment ini memiliki profit yang berbeda-beda pula satu sama lain. Misalkan sebuah perusahaan mempunyai 3 line products A,B dan C. Dan produk A mempunyai Contribution Margin (CM) sebesar 50%, produk B 45% dan produk C 30%. Ketiga produk tersebut memiliki CM yang berbeda kemudian memiliki profit yang berbeda-beda pula. Terkadang ada line produk yang mengalami kerugian. Hal ini disebabkan karena sales yang dihasilkan tidak bisa menutupi fixed cost dari segment tersebut.

Alasan seorang manajer mencari data laporan segmen :
  1. Ada kemungkinan 1 divisi atau lebih kurang efektif cara kerjanya
  2. Ada kemungkinan satu produk kurang mendapat pasar.
  3. Satu daerah pemasaran mungkin kurang baik dibanding dengan bagian yang lain.

Manfaat Segmented Reporting:
  1. Manajer dapat menyelidiki secara seksama kecenderungan setiap segmen apakah akan memberikan prospek lebih baik atau tidak. Dengan demikian manajer memperoleh wawasan yang luas untuk setiapsegmen. Laporan disegmented untuk keperluan intern perusahaan.
  2. manager bisa melihat line produk mana yang menghasilkan profit dan line produk mana yang tidak menghasilkan profit yang signifikan ataupun mengalami kerugian. Sehingga manager bisa mengambil keputusan yang tepat mengenai kondisi perusahaan.

Di Dalam Laporan Segmen Ada 2 Macam:
  1. Common Fixed Cost
Biaya yang tidak dapat dikaitkan langsung atau ditelusuri langsung pada segmen tertentu, dan biaya tetap ini timbul karena aktivitas perusahaan secara keseluruhan (dinikmati bersama oleh segmen yang ada).
mis : Gaji Penyelia/Supervisor Pabrik
  1. Direct Fixed Cost
Biaya yang dapat dikaitkan atau ditelusuri langsung pada segmen tertentu.
Mis : penyusutan peralatan segmen (Untukk produk tertentu).
Petunjuk praktis apakah biaya tetap itu masuk Direct Fixed Cost ataukah Common Fixed Cost, apabila segmen itu dihapus kemudian biaya tetap itu hilang maka biaya tetap itu masuk Direct Fixed Cost. Segmen Margin adalah margin yang tersedia untuk menutupi direct costnya yang terdiri dari variabel dan Direct cost.
Untuk memahami segment reporting lebih jauh lagi, perlu dimengerti mengenai konsep traceable fixed cost dan common fixed cost. Traceable fixed cost adalah fixed cost yang dimiliki hanya pada segement tertentu. Jadi misalkan produk A memiliki traceable fixed cost sendiri dan berbeda dengan treaceable fixed cost produk B maupun C. Jika line produk A dihilangkan maka traceable fixed cost A pun hilang. 



Contoh:
1.   Gaji manager untuk line produk A adalah traceable fixed cost untuk produk A. Jika line produk A dihilangkan, maka gaji manager ini pun dieliminasi.
2.   Mantanance cost untuk bangunan Boeing 747 adalah traceble fixed cost untuk segment produk 747.
Common fixed cost adalah fixed cost yang digunakan untuk mendukung operasi lebih dari satu segment, namun tidak dapat dibagi pada satu segment tertentu (tiap segment produk). Bahkan jika semua segment dihilangkan, maka tetap tidak ada perubahan pada commom fixed cost. Contoh
1.   Gaji dari CEO Hyundai Motor adalah common fixed cost dari seluruh divisi maupun segment produk Hyundai Motor. Jadi walaupun salah satu line produk Hyundai Motor misalkan Hyundai SantaFe dihilangkan, gaji CEO tidak dapat dihilangkan atau dihapus.

B.     PERFORMANCE MEASUREMENT (ROI, EVA)
Pengukuran Kinerja Keuangan Selama ini untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, biasanya dinilai dengan laba akuntansi, dengan alat ukur yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat laba (profitability ratios) adalah Return on Assefs dan Return on Equity (Palepu, 2004:5-5), Selanjutnya Garrison dan Noreen (2003:542) mengukur rasio profitabilitas hanya dengan Return on lnvestmenf saja sementara Horngren (2009:827) membagi rasio profitabilitas menjadi Return on lnvestment, Residual lncome, dan Return on Sales.

Pendekatan rasio profitabilitas (profitability ratio method), merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Metode rasio profitabilitas yang dijelaskan berikut ini hanya berkaitan dengan penilaian atas hasil dari investasi yang terdiri atas:
  1. Hasil dari total aktiva atau hasil dari investasi (return on assets atau return on investmenfs), merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Metode hasil atas total aktiva ini, digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber ekonomi yang berupa total aktiva untuk menciptakan keuntungan. Formula yang digunakan untuk menghitung hasil dari total aktiva (return on assets atau return on investment) atau ROA/ROI, sebagai berikut:


 




2.                    Hasil dari ekuitas (return on equity), merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Metode ini memberikan gambaran tentang pengukuran efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan ekuitas untuk menciptakan keuntungan. Formula untuk menghitung hasil dari ekuitas (return on equity) atau ROE sebagai berikut:                      


3.      Hasil dari penjualan (return on sales/profit margin), merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Metode ini memberikan gambaran tentang pengukuran efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan hasil penjualan untuk menciptakan keuntungan. Formula untuk menghitung hasil dari penjualan (return on sa/es) atau ROS sebagai berikut:

Pendekatan rasio profitabilitas memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pendekatan rasio profitabilitas adalah proses perhitunlan kinerja investasi dengan metode yang relatif sederahana' Sedangkan kekurangannYa adalah: 
1.      Tidak niendisarkan pada arus kas, sehingga hasil dari investasi tidak mencerminkan nilai riil.
2.      Tidak mempertimbangkan nilaiwaktu uang dan
3.      Hasil atas investasi bukan merupakan hasil atas investasi secara netto, karena tidak dikurangkan dengan biaya ekuitas yang diperoleh dalam rangka menghimpun dana untuk di investasikan.
Economic Value Added (EVA) Pada tahun 1961, dua orang profesor dalam bidang keuangan, yaitu Professor Franco Modigliani and Professor Merton H" mempublikasikan "Dividend Policy, Growth and the Valuation of Shares" pada Journal of Business. lde mengenai free cash flow dan evaluasi bisnis dalam basis kas yang dibahas dalam jurnal ini kemudian dikembangkan menjadi konsep Economic Value Added (EVA) oleh Bennett stewart and Joel stern of stern, stewart & company. EVA didefinisikan sebagai laba bersih setelah pajak dan setelah dikurangi biaya modal. (Tully, 1993) mendefinisikan modal sebagai kas, persedian dan modal kerja ditambah dengan peralatan.dan bangunan. Biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang. diharapkan oleh pemegang saham dan kreditur. Saat pendapatan melebihi biaya untuk menla'iantian bisnis tersebut dan biaya modal, maka perusahaan dapat dikaiakan menghasilkan kemakmuran bagi para pemegang sahamnya.

Perhitungan EVA Formula perhitungan EVA adalah sebagai berikut :

EVA = Net Operating Profit - Taxes – Cost of Capital

Dimana Net Operating Profit - Taxes atau NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba rugi. NOPAT merupakan hasil pengurangan laba operasi dengan pajak. Dimana Laba operasi merupakan hasil pengurangan antara penjualan atau pendapatan operasi dikurangi dengan cost of sa/es dan biaya penjualan, administrasi, umum. Sebelum menghitung cost of capital, perusahaan harus terlebih dahulu menghitung berapa modal yang digunakan untuk menjalankan bisnis dalam perusahaan tersebut. Ada dua jenis modal yang pada umumnya dimiliki perusahaan, yaitu modal yang diperoleh melalui pinjaman dan modal yang dimiliki perusahaan. Modal yang diperoleh dari pinjaman memiliki biaya bunga yang dikenankan oleh kreditur, sementara modal yang dimiliki perusahaan didapatkan dari para pemegang saham dengan tingkat pengembalian tertentu yang diharapkan dari para pemegang saham tersebut. Setelah mengetahui modal yang dimitiki perusahaan, selanjutnya, untuk menghitung EVA, kita perlu menghitung Weighted average cost of capital (WACC) yang terdiri dari berbagai komponen struktur modal dan faktor pembobotan untuk menentukan cosf of capitat. Hasil dari WACC ini kemudian dikalikan dengan modal yang digunakan perusahaan untuk mengetahui cosf of capital tersebut.
Kak Zay
kegiatan sehari-hari kuliah dan berdagang. karena saya suka dengan teknologi saya memegang beberapa blog dan hanya memegang satu chennel di youtube

Related Posts

Post a Comment

SUBSCRIBE BLOG