-->

MAKALAH PENDAPATAN

MAKALAH
PENDAPATAN

MATA KULIAH : TEORI AKUNTANSI




Dosen Pengampu : 

Disusun Kelompok :



PROGRAM STUDI AKUNTANSI


PENDAPATAN


A. Pengertian

Berbagai sumber mamaknai pendapatan kurang lebih sama walaupun dengan variasi yang berbeda. Menurut PSAK No. 23 paragraf 6, pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Menurut FASB yang dikutip oleh harahap (1999:58) definisi pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu entity atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan dari penyerahan/ produksi barang, pemberian jasa atas pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan.
Dalam SFAC No. 6 FASB mendefinisikan pendapatan dan untung sebagai berikut :
Revenues are inflows or other enhancements of asset of an entity or setlements of its liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods, rendering service, or other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations (prg 78). Terjemah : pendapatan adalah arus masuk atau penambahan lainnya pada aktiva suatu satuan usaha atau penyelesaian kewajiban-kewajibanya (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama atau pusat dari satuan usaha yang berkesinambungan.
Gains are increasea in equity (net assets) from peripheral or incedental transaction of an entity and from all other transaction and other events and circumstances affecting the entity except those that result from revenues or invesment by owners (prg 82).
Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut :
Revenues is the product of enterprise, masured by amount of new assets received from customer; ... Steted in terms of asset the revenue of the enterprise in presented, finally, by the flow of fund from the customer or patrons in exchange for the product of the business, either commodities or service (hlm. 47-47).
            Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai berikut :
            Income is increase in economic benefits during the accounting period in the form inflows or enhancement of assets or decreases of liabilities that result in increase in equity, other than those relating to equity participants (hlm. 17).
            The definition of income acompasses both revenue and gains. Revenue arises on the course of the ordinary activitiesof an enterprise and is referred to by a variety of different names including sales, fees, interests, dividends, royalties, and rents (hlm. 18).

Gains represent other items that meet the definition of income and may, or may not, arise in the course of the ordinary activities of an enterprise. Gaints represent increase in economic benefit and as such are no different in nature from revenues. Hense, they are not regarded as constituting a separate element in this framework (hlm. 18).
            Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik karakteristik atau kata kata kunci yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian pendapatan dan untung adalah :

  1. Aliran masuk atau kenaikan aset
  2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus. 
  3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
  4. Suatu entitas
  5. Produk perusahaan
  6. Pertukaran produk
  7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
  8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.

Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi dsari atau dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8) sebenarnya merupakan penjabaran ataukonsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2) merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung, atau penjelas.
1. Kenaikan Aset
Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
Transsaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.
Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
Hadiah, donasi atau temuan
Revaluasi aset yang telah ada.
Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)
Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah kotor. FASB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah rupiah yang datang dari p-enyerahan produk atau pelaksanaan jasa. (IASC) menunjuk jumlah kotor dengan menyebutkan bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen, royalitas, dan sewa.
Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk. Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan kata lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu periode. Kelemahan lain adalah definisi ini mengacaukan pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan proses penciptaan pendapatan.  IAI harus membatasi bahwa kenaikan aset tersebut adalah yang menaikkan ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi dengan pemilik.konsep ka\enaikan aset mengalami masalah dalam hal aliran masuk yang berupa pembayaran di muka yang berasal dari pelanggan. Walaupun pembayaran semacam ini merupakan bagian dari operasi utama perusahaan, pada kenyataannya aliran masuk tersebut tidak atau belum dianggap pendapatan. Demikian juga, walaupun penjualan kredit menimbulkan piutang usaha, piutang sering dianggap buakan suatu aliranmasuk aset.
2. Operasi Utama Berlanjut
Pengertian operasi utama menunjuk kegiatan sebagaimana pengertian operasi dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi, investasi, dan pendanaan. Dengan demikian yang disebut pendapatan adalah kenaikan asset yang berkaitan dengan operasi utama ini dan bukan dengan investasi dan pendanaan. Akan tetapi pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utamadengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan mengirimkan berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa.
Operasi dan Nonoperasi
Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau incidental sering dianggap sebagai pos pendapatan “nonoperasi” dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan memang perlu tetapi mengklasifikasinya sebgaai nonoperasi dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan.
Pengelolaan perusahaan meliputi usaha untuk mengendalikan perusahaan terhadap pengaruh berbagai factor secara keseluruhan. Paton dan Littleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos operasi dan nonoperasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi tersebut benar-benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Jadi, istilah nonoperasi kurang deskriptif untuk mengklasifikasi beberapa pendapatan atau untung ayng sebenarnya masuk dalam pengertian operasi dalam arti luas. Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung.

3. Penurunan Kewajiban
                  Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampaiada prestasi dari perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan. Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.

4. Suatu Entitas
                  Hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian karena pendapatan didefiniskan sebagai kenaikan aset bukan kenaikan ekuitas. Naiknya asset karena pendapatan akan mengakibatkan naiknya ekuitas. Ekuitas naik karena pendapatan. Jadi, naiknya ekuitas merupakan konsekuensi bukan sumber pendapatan sehingga pendapatan tidak dapat didefinisikan sebagai kenaikan ekuitas.
5. Produk Perusahaan
Hal ini dikarenakan pendapatan dihasilkan dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan itu sendiri. Sehingga pendapatan itu juga bisa didefinisikan dengan produk dari perusahaan.

6. Pertukaran
            Ini dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen. FASB menyebutkan bahwa untuk disebut pendapatan kenaikan asset harus berasal dari penyerahan barang atau pelkasanaan jasa. Jadi harus ada aliran keluar barang atau jasa yang memicu terjadinya pendapatan.
Pendapatan merupakan aliran masuk asset (unit moneter) dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisis berupa penyerahan produk (output perusahaan). Aliran fisis berupa: (1) kejadian produksi atau menjual produk (output), (2) Objek, yaitu produk fisis itu sendiri. Sedangkan, aliran moneter berupa : (3) Kejadian menaiknya nilai asset perusahaan karena produksi atau penjualan produk ke konsumen, (4) Obyek, yaitu jumlah rupiah (kos atau nilai) asset atau produk yang dihasilkan atau dijual.

7. Berbagai bentuk dan Nama
Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapat untuk perusahaan perdagangan disebut dengan penjualan. Sedangkan untuk perusahaan jasa, pendapatan dapat diberi pewatas untuk menunjukkan kegiatan atau jenis jasa yang diberikan misalnya pendaptan sewa, pendapatan jasa angkutan, pendaptan bunga, dan sebagainya.
8. Untung
IAI dan APB tidak membedakan untung dan pendapatan dan keduanya digabung dalam konsep penghasilan. Kata kunci yang melekat pada untung adalah :
(1) Kenaikan ekuitas (aset bersih)
(2) Transaksi periferal atau insidental
(3) Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik.
         FASB membedakan antara untung dan pendapatan karena adanya karakteristik sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. Karakteristik sumber dari untung itu sendiri adalah :
a. Periferal dan insidental
b. Transfer nontimbal-balik
c.  Penahanan aset
d.  Faktor lingkungan
            FASB sendiri mengakui bahwa pembedaan tersebut sebenarnya lebih dimaksudkan untuk kepentingan penyajian pendapatan atas dasar sumbernya daripada untuk membedakan secara tegas karakteristik antara pendapatan dan untung.

B. Pengakuan Pendapatan 

Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan. Secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran (measurability) dan keterandalan (reliability).
Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pengakuan pendapatan, perlu dipahami dua konsep penting yaitu pembentukan pendapatan dan realisasi pendapatan.
1. Pembentukan Pendapatan (Earning Process)
Proses pembentukkan pendapatan adalah suatu konsep tentang terjadinya pendapatan. Konsep ini berdasarkan pada asumsi bahwa semua kegiatan opoerasi yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang, memberikan kontribusi terhadap hasil akhir pendapatan berdasarkan perbandingan biaya yang terjadi sebelum perusahaan tersebut melakukan kegiatan produksi.
2. Realisasi Pendapatan (Realization Process)
Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun atau terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas dkontrak penjualan. Jadi, pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat barang atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan. Jika, kontrak penjualan mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan belum dapat dikatakan terjadi, karena belum terjadi proses penghimpunan pendapatan.
Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini:
Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa yang lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya.
Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan aktiva lancar
Dari kedua kejadian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses realisasi merupakan koonfirmasi proses penghimpunan dana.
3. Kriteria Pengakuan Pendapatan
Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesei diproduksi dan penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan kata lain, pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum ada penjualan yang nyata. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas jumlah rupiah harus cukup pasti dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen.
Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan. Atas dasar konsep kesatuan usaha, tidak ada pendapatan tanpa upaya. Tanpa upaya yang cukup pendapatan belum dapat diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):

a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi (realized or realizable)
Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klai atas kas.Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya.
b. Terbentuk atau terhak (earned)
Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.
Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu penghimpunan menjadi lebih kritis daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus mendahului realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi terbentuk.

Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut :
1. Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)
2. Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)
3. Proses perhimpunan secara substansial telah selesai
Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB.  Agar dapat dikatakan terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut pada umunya dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1) berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila pendapatan dalam bentuk piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti sehingga jumlah rupiah pendapatn yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang akhirnya diterima.Dengan demikian pengukkuran pendapatan sangat andal. Syarat (3) tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB.


C. Saat Pengakuan Pendapatan


Masalah kapan suatu pendapatan dapat diakui berkaitan dengan saat (timing) pengakuan pendapatan itu sendiri. Ada beberapa gagasan mengenai hal ini :
1. Pada Saat Kontrak Penjualan
Dapat terjadi ketika perusahaan telah menandatangani kontrak perusahaan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang. Pendapatan sudah terealisasi tetapi belum terbentuk karena hanya satu kriteria yang terpenuhi dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Sementara itu, pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, biasanya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pada umumnya, perlakuan semacam ini berlaku untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi dan jarak antara penandatangan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu tahun).
2. Selama proses produksi secara bertahap
Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama. Misalnya dalam industri konstruksi bangunan. Biasanya produk semacam itu diperlakukan sebagai projek dan dilaksankan atas dasar kontrak sehingga pendapatan terealisasi untuk seluruh periode kontrak tetapi mungkin belum cukup terbentuk pada akhir tiap periode akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai dilakukan. Yang pertama disebut metode persentase penyelesaian, sedangkan yang terakhir disebut metode kontrak selesai.

Permasalahan teoritis yang kemudian dapat terjadi jika seluruh pendapatan diakui dengan memakai metode kontrak selesai, akan terjadi kemungkinan terjadi ketidakseimbangan volume pendapatan dan kegiatan produksi antar tahun. Masalah juga timbul kalau perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak sebagai projek dan mengakui pendapatan pada saat produk diserahkan tanpa mengakumulasi kos yang berkaitan dengan produk sehingga penandingan yang tepat tidak tercapai.

Suatu alternatif untuk memecahkan masalah di atas adalah penggunaan projek atau angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan pelaporan laba bukannya periode waktu. Sebagai alternatif lain, perusahaan dapat mengakui pendapatan secara bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai takaran penghitung laba. Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah :

1. Akresi.
Pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah lainnya. Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif.
2. Apresiasi.
Selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset terdepresiasi).
3. Penghematan Kos.
Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian dan pembelian dengan harga murah atau pembelian beruntung (lucky buy).
Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah :
a. Akresi. Yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah lainnya.Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif.Tapi yang terjadi sekarang adalah pendapatan sudah terbentuk tapi belum terealisasi.Untuk merealisasikan pertambahan tersebut nilai tersebut, proses produksi masih diperlukan dan masih diikuti dengan perubahan aset menjadi aset lancar baru.Oleh karena itu, tidak selayaknya karesi dianggap sebagai pendapatan.
b. Apresiasi. Yaitu, selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset terdepresiasi). Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi definisi pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar.
c. Penghematan Kos. Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian. Hal ini bukanlah suatu pendapatan, kalau pembelian dilakukan dengan cara bijaksana, yang terjadi yang terjadi hanyalah bahwa kos akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pembelian biasa. Memang benar bahwa efisiensi dan keberuntungan dalam pembelian akan mempunnyai pengaruh terhadap labayang akhirnya diperoleh. Akan tetapi, diperolehnya laba tersebut masih menunggu realisasi penjualan.

3. Pada saat produk selesai
Pengakuan semacam ini setara dengan pengakuan pendapatan metode kontrak selesai.Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian.Bahan dasar hasil produksi biasanya memiliki harga yang sudah pasti.Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal tertentu, sehingga kedua kriteria pengakuan dianggap dapat terpenuhi.
4. Pada saat penjualan
Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah terpenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan. Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam perusahaan (kas atau piutang) untuk:
•    Menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi yang berkulminasi dengan penyerahan produk.
•    Menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah, bunga kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham.
Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal pertama yaitu berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna jual dan masalah kedua adalah adanya kemungkinan retur barang. Akhirnya kemungkinan akan ada piutang tak tertagih, sehingga piutang tidak dapat dijadikan bukti terealisasinya pendapatan.
Masalah pengakuan saat penjualan :
1. Kembalian dan potongan tunai
Adanya hak pengembalian tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan menjual produknya dengan hak mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat penjualana kalau syarat-syarat berikut terpenuhi (SFAS No. 48 prg.6) :
-    Harga jual cukup pasti
-    Pembeli sudah membayar kepada penjual
-    Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi penculikan atau kerusakan fisis produk.
-    Pembeli benar-benar ada secara substantif
-    Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan di masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk bersangkutan
-    Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak.
Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan.Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi berapa jumlah rupiah pendapatan harus dicatat.
2. Kos purna-jual
    Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin akan terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut. Prosedur yang umum dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah mendebit jumlah rupiah yang sama ke dalam satu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.
3. Kerugian piutang
Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan. Alasannya, piutang bukan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai pengukur pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan yang sama seperti kos purna jual, yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan disajikan dalam statemen sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi.
4. Transaksi penjualan
Secara umum, penjualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa hasil produksi perusahaan dengan kas atau klaim atas kas.Secara teknis, transaksi penjualan adalah transaksi pertukaran aset secara aktual bukan transaksi kontrak itu sendiri.Penjualan dikatakan telah terjadi secara teknis bila produk (dan risiko yang melekat) telah ditransfer ke pembeli dan sebagai penghargaan penjual mendapat kas atau klaim atas kas.
5. Pada saat kas terkumpul
Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas.Penerapan pengakuan berdasarkan kas paling banyak dijumpai pada perusahaan jasa dan perusahaan yang melakukan penjualan secara angsuran. Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakn tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang.
Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolektabilitas atau ketertagihan piutang
Alasan Penyanggah
Menurut Paton dan Littleton (1970), pengakuan pendapatan dasar kas kurang dapat didukung dengan berbagai alasan berikut :
a. Tagihan(piutang) yang timbul akibat penyerahan jasa pada dasarnya mempunyai kedudukan yuridis yang sama dengan piutang timbul dari penjualan barang
b. Belum tentu bahwa kemungkinan kegagalan untuk menerima pelunasan piutang dalam perusahaan jasa lebih besar daripada perusahaan dagang sehingga mengharuskan perusahaan jasa mengakui pendapatan atas dasar kas yang diterima.
Prosedur Akuntansi Dasar Kas
Penerapan dasar kas untuk mengukur pendapatan sama dengan tidak mengakui piutang angsuran sebagai pos aset. Sehingga, pos tersebut dicatat dalam bentuk memorandum saja.
Biaya Administrasi dan Penjualan
Pada umumnya kos administrasi dan penjualan bukan merupakan kos yang dapat diperlakukan seperti kos sediaan yaitu tersediaankan. Kos tersebut harus segera dibebankan ke pendapatan sebagai biaya perioda.

D. Saat Pengakuan Penjualan Jasa 

AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa, antara lain :
1. Kalau pemberian jasa atas pelaksanaan satu pekerjaan/tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan
2. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama perioda pelaksanaan pekerjaan secara proporsional
3. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan secara bertahap, pendapatan dapat diakui saat seluruh pekerjaan selesai dengan kondisi :
a. Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya sehingga seluruh pekerjaan belum dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir dilaksanakan
b. Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditentukan dimuka selama waktu tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.
4. Kalau terdapat tingkat ketidakpastian ang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.

E. Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan

FASB meringkas pedoman umum dalam SFAC No.5 sebagai berikut :
a. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk diserahkan atau jasa diberikan kepada konsumer
b. Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi dan pengiriman, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman
c. Kalau produk dikontrak sebelum diporduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metoda persentase penyelesaian pada saat terbentuk asalkan taksiran yang layak atas hasil saat penyelesaian dan taksiran kemajuan produksi dapat diukur dengan cukup andal
d. Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara menerus selama suatu perioda dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu
e. Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan yang berarti pendapatan dan beberapa untung atau rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau saat harga aset tersebut berubah
f. Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset nonmoneter yang tidak dapat segera dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung/rugi diakui saat meretia telah terhak pada saat transaksi telah selesai asal nilai wajar aset nonmoneter yang terlibat dapat ditentukan dalam kisar layak
g. Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.

F. Prosedur Pengakuan

Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kagiatan internal apa yang dapat digunakan sebagi pemicu pencatatan kedalam sistem akuntansi.

G. Penyajian 

Masalah yang berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah pemisahan antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan pos luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemen laba-rugi.

Kak Zay
kegiatan sehari-hari kuliah dan berdagang. karena saya suka dengan teknologi saya memegang beberapa blog dan hanya memegang satu chennel di youtube

Related Posts

Post a Comment

SUBSCRIBE BLOG